“Kunang-kunang kalau lagi bercahaya warnanya apa?” tanyaku

“Kuning,” jawabmu dengan mata waspada. Tahu aku akan melempar pertanyaan aneh lain.

“Kenapa namanya nggak kuning-kuning? Malah kunang-kunang?”

Kau diam sesaat, “Ya karena kalau mereka lagi berkumpul terus bercahaya, orang yang melihatnya seperti berkilap-kilap, berpendar, terasa berkunang-kunang matanya,”

Aku balas diam lalu tersenyum paham, “Aaaaah akhirnya aku nemu jawaban yang masuk akal! Makasih looo! Kemarin aku kasih pertanyaan itu, waktu pulang perjalanan ke TNTP (Taman Nasional Tanjung Puting) lihat beberapa kunang-kunang, teman-teman malah pada protes, menurut mereka pertanyaannya nggak mutu atau cuma jawab sekenanya,”

“Tuh lihat lampu, kalo kerlap-kerlip gitu lama-lama dilihat jadi berkunang-kunang kan?” kau menunjuk lampu yang menghiasi teras depan kedai makanan Jepang yang kita singgahi.

Aku mengangguk senang, berhasil memahami penjelasan jawaban pertanyaan yang tiga minggu terakhir aku nantikan.

Walau hanya sering melemparkan topik untuk bahan pembicaraan dan sisanya mendengarkan ceritamu, aku masih belum bosan. Aku selalu senang mendengarkan kau bercerita, bahkan dengan topik berulang. Kau juga tidak capek dengan segala pertanyaan randomku, kau akan selalu mencoba menjawab logis sebisa mungkin dengan mencari data dan fakta dulu. Jawabanmu bak rem untuk pemikiranku yang terkadang terlalu imajinatif 🙂

Sisa waktu kita habiskan membahas sembari menelusuri informasi tentang kunang-kunang. Ternyata bentuknya seperti kecoak terbang kalau tidak bercahaya. Kau baru tahu bahasa Inggris kunang-kunang itu firefly (Api/Cahaya-Terbang) lebih masuk akal memang dari arti harfiahnya dibanding bahasa Indonesia. Sedangkan aku baru tahu darimu ada superhero kunang-kunang. Kita juga baru tahu ternyata cahaya kunang-kunang tidak hanya kuning! Semakin menegaskan jawabanmu.

Malam itu habis untuk Aku, Kau dan Kunang-Kunang.